Ini Sejarah Pekan Raya Jakarta, yang Semula Hanya Pasar Malam di Gambir

oleh -982 Dilihat
oleh

SPARTANEWS – Jakarta Fair yang digelar tahun 2023 kali ini menjadi yang ke-54 sejak pertama diselenggarakan pada 1968. Pekan Raya Jakarta bertempat di Lapangan Ikada, yang dikenal sebagai Kawasan Monumen Nasional (Monas) pada masanya,
Acara ini dibuka oleh Presiden Soeharto dengan pelepasan burung merpati. Tak lama kemudian, Pekan Raya Jakarta berubah nama agar lebih dinamis menjadi Jakarta Fair.

Acara Jakarta Fair ini sempat ditiadakan pada 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.

Setelah dibuka kembali sejak vakum pada 2020 dan 2021, Jakarta Fair Kemayoran (JFK) kali ini menjadi sangat meriah karena diikuti oleh para pelaku usaha yang ingin ikut berperan dalam momentum kebangkitan kembali perekonomian nasional yang sempat terpuruk. Mereka menawarkan produk fesyen, asesoris, elektronik, furnitur, otomotif, hingga kuliner berpartisipasi di event tersebut.

Jakarta Fair juga termasyhur dengan panggung musiknya. Setiap tahun selalu ada musisi papan atas nasional dari aliran pop, rock, disko, jazz hingga dangdut memeriahkan ajang di Kemayoran tersebut.

Sejak masih bernama Pekan Raya Jakarta, warga Jakarta bahkan luar Jakarta selalu hadir berbelanja di event tahunan. Daya tarik dari PRJ adalah tawaran produk baru dan diskon besar-besaran pada hampir semua produk yang dijajakan di arena pekan raya itu. Apalagi jika waktu PRJ bersamaan dengan Hari Raya Lebaran, dipastikan masyarakat akan memborong segala barang-barang yang dijual di situ. Mulai pakaian anak-anak sampai sepeda motor.

Tak lupa pengunjung merasakan keseruan permainan boom-boom car, bianglala, dan makanan ikonik seperti kerak telor, kue donat, dan gulali. Generasi 1970 sampai 1990-an saat masih anak-anak dan remaja tentu menjadikan PRJ jadi tujuan favorit keluarga.

Bermula dari Pasar Gambir

Mengutip data Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Utara, PRJ dulu dikenal sebagai Djakarta Fair. Event PRJ pertama kalinya berlangsung di Kawasan Monas, Jakarta Pusat. Ketika itu, Djakarta Fair dibuka oleh Presiden Soeharto secara simbolis dengan melepas burung merpati pos.

Namun, sebenarnya cikal bakal penyelenggaraan Jakarta Fair adalah Pasar Malam Gambir, yang awalnya digelar sebagai perayaan Ratu Belanda Wilhelmina pada 31 Agustus 1898. Saat itu, Pasar Malam Gambir biasanya berlangsung dari akhir Agustus sampai pertengahan September dan diadakan secara rutin setiap tahun.

Selain menjajakan produk, kuliner khas Batavia (Jakarta tempo dulu) serta pentas hiburan, ajang Pasar Gambir di masa kolonial Belanda juga menggelar pertandingan tinju antara pribumi dan orang Belanda. Selain di Pasar Gambir, laga tinju dilakukan di Deca Park (sekarang lapangan Monas), Varia Park (Krekot), dan Princen Park (Lokasari).

Adapun, gagasan pertama penyelenggaraan PRJ diusulkan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) kala itu, Syamsudin Mangan alias Haji Mangan. Dia mengusulkan digelarnya pameran besar demi mendongkrak pemasaran produk dalam negeri.

Haji Mangan sendiri terinspirasi dengan acara pameran internasional yang kerap dia ikuti di luar negeri. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1967 menyambut baik usai mendengar gagasan dari Haji Mangan.

Pemerintah Provinsi DKI ingin menyatukan berbagai acara ‘pasar malam’ yang sering diadakan di berbagai wilayah di Jakarta. Akhirnya, pada 1968 acara perdana Djakarta Fair berjalan dengan sukses. Pengunjung Djakarta Fair saat itu membludak hingga 1,4 juta orang.

Satu tahun setelah peresmiannya, Pekan Raya Jakarta diselenggarakan selama 71 hari, mencetak rekor sebagai pameran terlama. Pada tahun itu, Presiden Amerika Serikat Richard Nixon yang didampingi Presiden RI Soeharto juga sempat mengunjungi Pekan Raya Jakarta pada 1969.

Pada 1992, Jakarta Fair atau PRJ dipindah dari Monas ke Kemayoran Jakarta Pusat agar mendapat lahan yang lebih luas. PRJ di Kemayoran sendiri digelar di area seluas 44 hektare (ha), sedangkan di Monas hanya 7 ha.

Meski sempat dihentikan selama dua tahun karena pandemi Covid-19. Namun sejak tahun lalu, animo warga Jakarta dan sekitarnya tak pernah surut memeriahkan arena PRJ Kemayoran.

No More Posts Available.

No more pages to load.