SPARTA NEWS – Dalam upaya meningkatkan ketahanan sektor pariwisata terhadap dampak cuaca ekstrem, Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjadi narasumber dalam acara The Weekly Brief with Sandiaga Uno dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam rangka kick-off Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (Impact Based Forecast/IBF) untuk sektor pariwisata.
Dalam Talk Show tersebut Dwikorita menjelaskan mengenai sistem IBF, tidak hanya memprediksi Kondisi Cuaca tetapi juga memberikan informasi tentang dampak cuaca terhadap aktivitas wisata.
Misalnya, wisatawan yang ingin berlibur di Labuan Bajo bisa mengetahui kondisi arus laut dan visibilitas air sebelum berangkat. Hal ini memungkinkan wisatawan untuk merencanakan kegiatan mereka dengan lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
“Jadi impact based forecasting artinya adalah Prakiraan cuaca berbasis dampak diperuntukan bukan hanya untuk memperkirakan kondisi cuaca namun juga potensi dampaknya bagaimana dan apakah akan terjadi kilat petir, apakah akan terjadi puting beliung, apakah akan terjadi longsor apakah akan terjadi banjir, lalu apa yang harus dilakukan bagaimana cara mensikapinya, informasi ini sangat penting bagi para wisatawan” Ujar Dwiikorita pada acara talk show tersebut.
Informasi ini digunakan untuk memberikan prakiraan cuaca lokal. Hal ini terutama Labuan Bajo, memungkinkan wisatawan mengetahui kondisi cuaca di tempat wisata yang mereka kunjungi secara real-time.
Selain meningkatkan keselamatan wisatawan, sistem IBF juga diharapkan dapat mendorong pariwisata berkelanjutan. Dengan informasi cuaca yang akurat, wisatawan dapat memilih destinasi yang kurang ramai dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Peluncuran sistem IBF merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata Indonesia. Dengan informasi cuaca yang lebih akurat dan terperinci, diharapkan pariwisata Indonesia semakin berkembang dan berkelanjutan