SPARTA NEWS – BMKG memperkirakan, cuaca di perairan Kepulauan Riau (Kepri) akan terjadi gelombang tinggi pada akhir dan awal tahun. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan angin fetch (luas wilayah yang memiliki kecepatan angin yang sama).
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Andini menjelaskan, secara klimatologis angin yang bertiup saat akhir dan awal tahun adalah angin Monsun utara. Sehingga angin yang bertiup memiliki kecepatan tinggi.
“Karena angin bertiup di wilayah perairan yang sangat luas. Maka terbentuklah gelombang tinggi di wilayah Kepri selama waktu tersebut,” ujarnya, Jumat (27/9/2024).
Ia mengatakan, secara umum angin tersebut akan mempengaruhi tinggi gelombang di seluruh wilayah Kepri. Tetapi tentu saja, akan berbeda ketinggian gelombang di antara wilayah perairan Kepri.
“Sebagai contoh biasanya di perairan Natuna gelombangnya akan lebih tinggi dibandingkan perairan Lingga,” katanya. Lebih lanjut, Andini menyebut gelombang tinggi berkisar antara 2,50-4,0 meter.
Sedangkan, gelombang sangat tinggi berkisar antara 4,0-6,0 meter. Untuk ketinggian gelombang normal yakni kategori rendah 0,5-1,25 meter.
Gelombang tinggi ini, kata dia, terjadi pada periode November-Desember. BMKG rutin memperbaharui data potensi gelombang tinggi di Kepri secara berkala.
Ia menyebut memasuki November, di wilayah Kepri pergerakan arah angin sudah dipengaruhi oleh pergerakan matahari yang berada di BBS yang menyebabkan angin musim barat. Di mana dampaknya pada Kepri arah angin dominan dari Barat Laut dan Timur Laut.
Kondisi angin yang bertiup kencang (Laut Cina Selatan) memasuki wilayah Kepri, menyebabkan gelombang tinggi di wilayah Natuna. Begitu juga di Anambas yang berbatasan dengan laut lepas mengalami gelombang yang cukup tinggi.
“Di mana berdasarkan model rata-rata tinggi gelombang selama 10 tahun di wilayah Natuna dan Anambas mengalami tinggi gelombang maksimal 2,5 meter. Itu terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari,” kata Andini